LATAR
BELAKANG
Pada
umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga
sistem pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta
sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung
akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem
pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat adanya
sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia,
tersumbat sampah serta hambatan lainnya (Umajah, 2005).
Banjir
sebenarnya bukan merupakan suatu permasalahan selama peristiwa tersebut tidak
menimbulkan bencana bagi manusia; akan tetapi begitu banjir telah mengancam kehidupan
manusia, maka dimulailah upaya untuk mence-gahnya. Beberapa pakar menjabarkan
bahwa penyebab banjir diilustrasikan sebagai interaksi dari berbagai factor lingkungan
alamiah (fisik) seperti curah hujan, kondisi topografi, serta lingkungan sosial
yang erat kaitannya dengan perubahan tata guna tanah khususnya di wilayah
perkotaan. Fenomena banjir yang terjadi, pada dasarnya disebabkan oleh dua hal
yaitu:
Pertama, kondisi dan peristiwa
alam, yang meliputi: (a) intensitas curah hujan yang
terjadi pada
bulan-bulan tertentu, hingga mencapai lebih dari 100 mm dalam 10 menit, (b) topografi
wilayah yang merupakan dataran rendah dengan lereng relatif landai, serta
bentang
cekungan sebagai
kawasan tandon air, (c) secara geologi tanah-tanah tertentu termasuk golongan
tanah yang kedap air sehingga air mengalami kesulitan untuk berinfiltrasi; (d) penyempitan
alur sungai dan pendangkalan sungai akibat pengendapan material-material yang
dibawa dari hulu ikut memberi andil penyebab banjir, (e) pada saat terjadinya
pasang naik air laut terjadi hujan dan air sungai yang menuju laut terbendung
oleh pasang naik akibatnya air melimpah kedaratan.
Kedua
sebagai akibat dari aktivitas manusia, yang meliputi ; (a) perubahan penggunaan
tanah dari yang
semula merupakan situ, rawa, sawah, kebun, tanah kosong, dialih fungsikan
menjadi
penggunaan tanah menjadi permukiman, atau bangunan sarana-sarana lainnya; (b)
penebangan liar
pada hutan di wilayah hulu sebagai daerah tangkapan air (catchment area);
hingga bukan
saja berakibat terhadap terjadinya banjir akan tetapi juga terhadap kekeringan
pada musim
kemarau, (c) penyempitan bantaran sungai, sebagai akibat dari okupasi penduduk,
(d) penduduk berprilaku yang kurang memahami pentingnya pernan fungsi sungai, serta
saluran drainase, dan pembuangan limbah (sampah), (e) kurangnya teknik penyerasian
bentuk-bentuk pembanghunan saluran drainse yang erat kaitannya dengan
karakteristik fisik ( Waryono, 2002).
Penanganan
banjir dapat dilakukan seperti DAS bagian hulu dengan reboisasi atau konservasi
hutan untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu. Selanjutnya reboisasi
juga
mengarah ke DAS
bagian tengah dan hilir. Secara selektif membangun atau mengaktifkan situ atau
embung alamiah di DAS yang bersangkutan. Penataan tataguna lahan yang
meminimalisir limpasan langsung dan mempertinggi retensi dan konservasi air di
DAS ( Juniati, 2004).
Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui luapan sungai di bantaran dengan berbagai kondisi sehingga dapat
mencegah terjadi kerusakan bantaran sungai dan banjir. Selain itu membandingkan
berbagai kriteria dalam cepat-lambatnya luapan air sungai.
Manfaat
Makalah ini bermanfaat meningkatkan
pemahaman cepatnya luapan air sungai di bantaran akibat penggunaan lahan.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini
adalah bagaimana keadaan yang menyebabkan cepatnya luapan air sungai pada
bantaran
Pembahasan
Banjir merupakan
peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir akibat luapan air sungai yang
disebabkan debit aliran melebihi kapasitasnya. Selain akibat luapan air sungai,
banjir dapat terjadi akibat hujan yang lebih karena kondisi setempat tidak lagi
mampu mengalirkannya. Pendapat tentang fenomena banjir di wilayah perkotaan,
ditinjau dari sistem DAS yang dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dan
karakteristik curah hujannya; dan secara garis besar disebabkan oleh
pembangunan pemukiman di dataran banjir; perubahan penggunaan tanah;
curah hujan yang
tinggi, dan saluran badan sungai mengecil, serta pendangkalan yang terjadi
pada badan-badan
sungai.
Dalam bahasan ini, banjir
diakibatkan kerusakan bantaran sungai yang ditinjau dari 3 kategori yaitu
adanya pemukiman,tanaman, maupun lahan kosong serta membandingkan cepatnya
luapan air.
Aliran sungai akan optimal apabila tidak adanya
penyumbatan akibat sampah,maupun penyalahgunaan bantaran sungai sebagai pemukiman

Gambar
1 Tinggi muka air sungai normal
Apabila curah hujan tinggi dapat menyebabkan sungai
meluap menuju bantaran sungai.
Air menuju bantaran
Gambar 2 Air sungai
meluap menuju bantaran kali
Dalam bahasan ini, air sungai menuju bantaran yang
dimisalkan lahan bantaran berupa lahan kosong, bangunan/pemukiman dan tanaman. Untuk menentukan cepatnya luapan
dari ketiga kondisi tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan atau
menerapkan rumus Manning.

y 
daerah
bantaran misal: lahan kosong, pemukiman, tanaman
Gambar 3 Sketsa luapan air sungai
Adapun rumusan manning adalah:
Dimana
: n= angka kekasaran dinding
A= Luas permukaan
R= Jari-jari hidrolis
S= Kemiringan
Untuk menentukan luapan yang
terbesar dari 3 kategori tersebut, dapat ditentukan dengan mengasumsikan
besarnya nilai n. Dalam kondisi ini nilai s kemiringan,luas permukaan basah,
jari-jari hidrolis adalah bernilai sama.
Lahan
kosong, n = 0.05
Pemukiman
, n = 0,45
Tanaman
,n = 0,09
Dimana
antara debit dan nilai n, berbanding terbalik sehingga luapan yang terbesar
berada pada kategori 2 (pemukiman). Selain itu, berdasarkan analisis di
lapangan, bahwa daerah bantaran kali akan cepat meluap apabila adanya bangunan
di sekitar kawasan, karena mengurangi ruang resap air.
Kesimpulan
Hal-hal yang
dapat disimpulkan dalam makalah ini adalah:
1.
Luapan terbesar terjadi apabila di
daerah bantaran terdapat pemukiman.
2.
Bantaran sungai seharusnya dijadikan
lahan hijau agar luapan sungai dapat dikendalikan sehingga tidak menyebabkan
banjir.
3.
Luapan sungai di bantaran menerapkan
rumus Manning.
Daftar
Pustaka
Umajah, Siti, 2005. Manajemen Lahan dan Perekonomian.
Yogyakarta: UGM Press
Juniati, 2004. Upaya Pengendalian Banjir dengan
Pendekatan Eko-hidrolik dan Peningkatan
Peran Serta Masyarakat.
Bogor. IPB
Waryono, Tarsoen, 2002. Fenomena Banjir di daerah Perkotaan.
Jakarta. Erlangga
PENGELOLAAN
KAWASAN BANTARAN SUNGAI
NAMA
: VIJAI EGCLESIAS GIRSANG
NRP : 3309100086
JURUSAN
TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS
TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT
TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar