PENGARUH
KEBISINGAN
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang
tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan
salah satu penyebab penyakit lingkungan. yang penting (Slamet, 2006). Sedangkan
kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak
diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitasaktifitas alam
(Schilling, 1981).
Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam udara yang
ditangkap oleh gendang telingadan disalurkan ke otak. Tekanan diukur dalam
pascal (Pa). Ambang pendengaran manusia diperkirakan 0,00002 Pa. Frekuensi
bunyi paling rendah yang dapat dideteksi oleh telingamanusia ialah sekitar 20
Hz dan yang paling tinggi, pada orang muda sampai 18 KHz. Dengan bertambahnya
usia, telinga makin kurang peka terhadap frekuensi tinggi. Penggandaan
frekuensi akan meningkatkan nada not sebesar satu oktaf. Telinga paling peka
terhadap suara antara 500 Hz - 4 kHz, diantaranya 500 Hz . 2 kHz adalah
frekuensi bicara. Kecuali nada murni yang tidak lazim, banyak kebisingan
terdiri atas banyak frekuensi dan intensitas (Harrington dan Gill, 2005).
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi,
tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka
bising
dibagi dalam 3 kategori:
1. Occupational
noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat
kerja, misal bising dari mesin ketik.
2. Audible noise (bising pendengaran)
yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3. Impuls
noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi
akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam,
tembakan bedil.
1. Dampak
– Dampak Kebisingan
Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari
kebisingan adalah efek kesehatan dan non kesehatan. Hal ini dapat terjadi
karena telinga tidak diperlengkapi untuk melindungi dirinya sendiri dari efek
kebisingan yang merugikan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh
reflek otot di telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang
dihantarkan ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan
semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada
kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus
menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak
organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen (Harrington
dan Gill, 2005).
Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya,
pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85
dBA. Pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan
ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika
sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu
terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat
merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan
oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa
mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah.
Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan
pendengaran biasanya disebabkan karena energy kebisingan yang tinggi mampu
menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan
tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek
psikososial dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising
(Harrington dan Gill, 2005).
Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu
perubahan morfologi dan fisiologi suatu organisma yang mengakibatkan penurunan
kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan
kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang
merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka
panjang terhadap seseorang secara baik secara fisik, psikologis atau sosial.
Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan
kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, gangguan
tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku
permukiman, ketidak nyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari.
Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap
kesehatan masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis,
keluhan dan tindakan demonstrasi. Sedangkan kebisingan dilingkungan kerja/
industri dapat berdampak lain keluhan gangguan fisiologis, gangguan psikologis,
gangguan komunikasim gangguan keseimbangan, serta gangguan terhadap pendengaran
(ketulian).
Lebih
jelasnya lagi adalah :
1.
Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan
denyut nadi, gangguan metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama
pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2.
Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka waktu
lama akan menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung
koroner dan lain-lain.
3.
Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi ni menyebabkan terganggunya pekerjaan,
bahkan mungkin terjadi kesalahan terutama bagi pekerja baru yang belum
berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan
bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja, karena tidak
mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunnya akan dapat
menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.
4.
Gangguan keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis
seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain.
5.
Gangguan terhadap pendengaran (ketulian)
Diantara sekian banyak ganguan yang ditimbulkan oleh bising,
gangguan terhadap pendengaran adalah ganguan yang paling serius karena dapat
menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat
progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus-menerus
ditempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau
tuli.
☊ Tuli sementara (Temporary treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap
bising dengan intensitas tinggi, maka akan menyebabkan penurunan daya
pendengaran yang bersifat sementara. Jika melakukan istirahat dengan waktu yang
cukup maka daya pendengarannya akan pulih kembali ke ambang dengar semula
dengan sempurna.
☊ Tuli menetap ( Permanenet Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang
lama (kronis). Besarnya PTS dipebgaruhi oleh faktor-faktor berikut :
ü Tingginya level suara
ü Lama paparan
ü Spektrum suara
2.Baku Mutu Tingkat
Bebisingan
Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas
tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia
tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup
lama/terus menerus, selanjutnya ditulis NAB. Penting untuk diketahui bahwa di
dalam menetapkan standar NAB pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak
akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada level tersebut secara terus
menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran, karena hal itu tergantung pada
respon masing-masing individu (Keputusan MENLH, 1996).
2. Teknik
Penangananan Kebisingan
·
Penanganan
Kebisingan pada sumber
Penanganan
kebisingan pada sumber bising dapat dilakukan melalui beberapahal, antara lain:
1) Pengaturan lalulintas;
2) Pembatasan kendaraan berat;
3) Pengaturan kecepatan;
4) Perbaikan kelandaian jalan;
5) Pemilihan jenis perkerasan jalan.
·
Penanganan
kebisingan pada jalur perambatan
1) Tipe, karakteristik, dan
pertimbangan implementasi;
2)Pemasangan peredam bising (BPB);
3)Penghalang dengan tanaman;
4)Timbunan;
5)Penghalang buatan.
·
Penanganan
kebisingan pada titik penerimaan
1)Pengubahan orientasi bangunan;
2)Insulasi pada façade bangunan
(Badan Litbang PU, 2005)
3.
Jenis- Jenis Barrier
untuk Mengurangi Kebisingan
a) Pemasangan Peredam Bising (BPB)
Penghalang bisning (barrier ) adalah suatu pemecahan
yang paling baik pada kebisingan
akibat kendaraan tersebut, dan merupakan satu-satunya pilihan untuk
pengendalian kebisingan akibat kendaraan yang melaju di jalan raya. Sejak
tahun 1970 penghalang bising menjadi metoda yang paling popular pada
pengendalian kebisingan jalan raya. Untuk menyelidiki sejauh mana
penghalang bising dapat efektif menurunkankebisingan tersebut, maka pengukuran
model skala adalah yang mudahdan murah untuk dilaksanakan. Metoda ini sudah
banyak diteliti orang,tetapi hampir semuanya menggunakan domain frekuensi
(Rusjadiet al,1999).
BPB bekerja dengan memberikan efek pemantulan (insulation), penyerapan (absorption), dan
pembelokkan ( diffraction)
jalur perambatansuara Pemantulan dilakukan oleh dinding penghalang, penyerapan
dilakukan oleh bahan pembentuk dinding, sedangkan pembelokan dilakukan
oleh ujung bagian atas penghalang.
b)
Penghalang Dengan Tanaman
Tanaman yang digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki
kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan meratamulai dari permukaan tanah
hingga ketinggian yang diharapkan. Untuk itu, perlu diatur suatu kombinasi
antara tanaman penutup tanah, perdu,dan pohon atau kombinasi dengan bahan
lainnya sehingga efek penghalang menjadi optimum. Tanaman-tanaman
yang dapat digunakan adalah:
·
Penutup Tanah (cover crops)
a. Rumput;
b. Leguminosae.
·
Perdu
a. Bambu pringgodani (Bambusa Sp);
b. Likuan-yu ( Vermenia
Obtusifolia);
c. Anak nakal (Durante
Repens);
d. Soka (Ixora Sp);
e. Kakaretan ( Ficus Pumila)
·
Pohon
a. Akasia (Acacia Mangium);
b. Johar (Casia Siamea);
c. Pohon-pohon yang rimbun dengan
cabang rendah.
c) Timbunan
Bahan
timbunan sebaiknya berupa tanah yang tidak mudah longsor dan tersedia di
lokasi. Penerapan metoda ini umumnya dikombinasikandengan tanaman atau BPB
lainnya. Timbunan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan BPB yang
lain, seperti
a. Penampilan yang alamiah
dan indah;
b. Memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang baik;
c.Dapat digunakan sebagai lokasi pembuangan sisa material bangunan;
d.Tidak membutuhkan proteksi untuk keselamatan;
e.Biaya pembuatan dan pemeliharaannya murah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar