Minggu, 18 Maret 2012

Pengaruh Kebisingan


PENGARUH KEBISINGAN
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang merusak kesehatan, saat ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit lingkungan. yang penting (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau aktifitasaktifitas alam (Schilling, 1981).
Bunyi merupakan perubahan tekanan dalam udara yang ditangkap oleh gendang telingadan disalurkan ke otak. Tekanan diukur dalam pascal (Pa). Ambang pendengaran manusia diperkirakan 0,00002 Pa. Frekuensi bunyi paling rendah yang dapat dideteksi oleh telingamanusia ialah sekitar 20 Hz dan yang paling tinggi, pada orang muda sampai 18 KHz. Dengan bertambahnya usia, telinga makin kurang peka terhadap frekuensi tinggi. Penggandaan frekuensi akan meningkatkan nada not sebesar satu oktaf. Telinga paling peka terhadap suara antara 500 Hz - 4 kHz, diantaranya 500 Hz . 2 kHz adalah frekuensi bicara. Kecuali nada murni yang tidak lazim, banyak kebisingan terdiri atas banyak frekuensi dan intensitas (Harrington dan Gill, 2005).
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga bunyi maka
bising dibagi dalam 3 kategori:
1.      Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan) yaitu bising  yang disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, misal bising dari mesin ketik.
2.       Audible noise (bising pendengaran) yaitu bising yang disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 . 8.000 Hz.
3.      Impuls noise (Impact noise = bising impulsif) yaitu bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misal pukulan palu, ledakan meriam, tembakan bedil.
1.      Dampak – Dampak Kebisingan
Dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan dan non kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena telinga tidak diperlengkapi untuk melindungi dirinya sendiri dari efek kebisingan yang merugikan. Bunyi mendadak yang keras secara cepat diikuti oleh reflek otot di telinga tengah yang akan membatasi jumlah energi suara yang dihantarkan ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan dengan keadaan semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang terpajan pada kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin intermiten atau terus menerus. Transmisi energi seperti itu, jika cukup lama dan kuat akan merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian permanen (Harrington dan Gill, 2005).
Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dBA. Pemaparan kebisingan yang keras selalu di atas 85 dBA, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah.
Gangguan kesehatan lainnya selain gangguan pendengaran biasanya disebabkan karena energy kebisingan yang tinggi mampu menimbulkan efek viseral, seperti perubahan frekuensi jantung, perubahan tekanan darah, dan tingkat pengeluaran keringat. Sebagai tambahan, ada efek psikososial dan psikomotor ringan jika dicoba bekerja di lingkungan yang bising (Harrington dan Gill, 2005).
Pengaruh buruk kebisingan, didefinisikan sebagai suatu perubahan morfologi dan fisiologi suatu organisma yang mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional untuk mengatasi adanya stress tambahan atau peningkatan kerentanan suatu organisma terhadap pengaruh efek faktor lingkungan yang merugikan, termasuk pengaruh yang bersifat sementara maupun gangguan jangka panjang terhadap seseorang secara baik secara fisik, psikologis atau sosial. Pengaruh khusus akibat kebisingan berupa gangguan pendengaran, gangguan kehamilan, pertumbuhan bayi, gangguan komunikasi, gangguan istirahat, gangguan tidur, psikofisiologis, gangguan mental, kinerja, pengaruh terhadap perilaku permukiman, ketidak nyamanan, dan juga gangguan berbagai aktivitas sehari-hari.
 Dampak dari kebisingan di lingkungan perumahan terhadap kesehatan masyarakat antara lain gangguan komunikasi, gangguan psikologis, keluhan dan tindakan demonstrasi. Sedangkan kebisingan dilingkungan kerja/ industri dapat berdampak lain keluhan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasim gangguan keseimbangan, serta gangguan terhadap pendengaran (ketulian).
Lebih jelasnya lagi adalah :
1. Gangguan Fisiologis
Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi, gangguan metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
2. Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi dan lain-lain. Pemaparan dalam jangka waktu lama akan menimbulkan penyakit psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung koroner dan lain-lain.
3. Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi ni menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunnya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.
4. Gangguan keseimbangan
Gangguan keseimbangan ini mengakibatkan gangguan fisiologis seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain.
5. Gangguan terhadap pendengaran (ketulian)
Diantara sekian banyak ganguan yang ditimbulkan oleh bising, gangguan terhadap pendengaran adalah ganguan yang paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus-menerus ditempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli.
Tuli sementara (Temporary treshold Shift = TTS)
Diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, maka akan menyebabkan penurunan daya pendengaran yang bersifat sementara. Jika melakukan istirahat dengan waktu yang cukup maka daya pendengarannya akan pulih kembali ke ambang dengar semula dengan sempurna.
Tuli menetap ( Permanenet Treshold Shift = PTS)
Biasanya akibat waktu paparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipebgaruhi oleh faktor-faktor berikut :
ü Tingginya level suara
ü Lama paparan
ü Spektrum suara
 2.Baku Mutu Tingkat Bebisingan
Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lama/terus menerus, selanjutnya ditulis NAB. Penting untuk diketahui bahwa di dalam menetapkan standar NAB pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada level tersebut secara terus menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran, karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu (Keputusan MENLH, 1996).

2.      Teknik Penangananan Kebisingan
·         Penanganan Kebisingan pada sumber
Penanganan kebisingan pada sumber bising dapat dilakukan melalui beberapahal, antara lain:
1) Pengaturan lalulintas;
2) Pembatasan kendaraan berat;
3) Pengaturan kecepatan;
4) Perbaikan kelandaian jalan;
5) Pemilihan jenis perkerasan jalan.
·         Penanganan kebisingan pada jalur perambatan
1) Tipe, karakteristik, dan pertimbangan implementasi;
2)Pemasangan peredam bising (BPB);
3)Penghalang dengan tanaman;
4)Timbunan;
5)Penghalang buatan.
·         Penanganan kebisingan pada titik penerimaan
1)Pengubahan orientasi bangunan;
2)Insulasi pada  façade bangunan (Badan Litbang PU, 2005)
3.        Jenis- Jenis Barrier untuk Mengurangi Kebisingan
a)  Pemasangan Peredam Bising (BPB)
            Penghalang bisning (barrier ) adalah suatu pemecahan yang paling baik  pada kebisingan akibat kendaraan tersebut, dan merupakan satu-satunya pilihan untuk pengendalian kebisingan akibat kendaraan yang melaju di jalan raya. Sejak tahun 1970 penghalang bising menjadi metoda yang paling popular pada pengendalian kebisingan jalan raya. Untuk menyelidiki sejauh mana penghalang bising dapat efektif menurunkankebisingan tersebut, maka pengukuran model skala adalah yang mudahdan murah untuk dilaksanakan. Metoda ini sudah banyak diteliti orang,tetapi hampir semuanya menggunakan domain frekuensi (Rusjadiet al,1999).
BPB bekerja dengan memberikan efek pemantulan (insulation), penyerapan (absorption),  dan pembelokkan ( diffraction) jalur perambatansuara Pemantulan dilakukan oleh dinding penghalang, penyerapan dilakukan oleh bahan pembentuk dinding, sedangkan pembelokan dilakukan oleh ujung bagian atas penghalang.

b)      Penghalang Dengan Tanaman
Tanaman yang digunakan untuk penghalang kebisingan harus memiliki kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan meratamulai dari permukaan tanah hingga ketinggian yang diharapkan. Untuk itu, perlu diatur suatu kombinasi antara tanaman penutup tanah, perdu,dan pohon atau kombinasi dengan bahan lainnya sehingga efek  penghalang menjadi optimum. Tanaman-tanaman yang dapat digunakan adalah:
·         Penutup Tanah (cover crops)
a. Rumput; 
b. Leguminosae.
·         Perdu
a. Bambu pringgodani (Bambusa Sp); 
b. Likuan-yu ( Vermenia Obtusifolia);
c. Anak nakal (Durante Repens);
d. Soka (Ixora Sp);
e. Kakaretan ( Ficus Pumila)
·         Pohon
a. Akasia (Acacia Mangium); 
b. Johar (Casia Siamea);
c. Pohon-pohon yang rimbun dengan cabang rendah.
c)      Timbunan 
 Bahan timbunan sebaiknya berupa tanah yang tidak mudah longsor dan tersedia di lokasi. Penerapan metoda ini umumnya dikombinasikandengan tanaman atau BPB lainnya. Timbunan memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan BPB yang lain, seperti
  a. Penampilan yang alamiah dan indah; 
  b. Memungkinkan terjadinya sirkulasi udara yang baik;
  c.Dapat digunakan sebagai lokasi pembuangan sisa material bangunan;
  d.Tidak membutuhkan proteksi untuk keselamatan;
  e.Biaya pembuatan dan pemeliharaannya murah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar